Kamis, 21 Mei 2015

Analisis Dan Sinopsis Kisah Anak Melayu di Betawi



Analisis Dan Sinopsis Kisah Anak Melayu di Betawi
Unsur Intrisik:
1.    Tema: Liciknya kaum penjajah (Belanda) untuk melemahkan semangat penduduk suatu negeri dalam upaya mendapatkan kemerdekaannya.
2.    Alur: Maju
3.    Latar:
·         Latar tempat: wilayah Jakarta Utara
·         Latar waktu: pagi, siang, malam dan setiap hari
·         Latar suasana: pasrah dan sedih
4.    Sudut pandang: Orang ketiga
5.    Tokoh:
·         Raja Ahmad
·         Raja Ali
·         Raja Muhammad
·         Sayid Abbas
·         Anggelbik (utusan gubernur Jendral Belanda)
·         Gubernur Jendral Belanda
·         Jenderal Van Dekock
6.    Penokohan:
·         Raja Ahmad : Pasrah
·         Raja Ali : Pasrah
·         Raja Muhammad : Pasrah
·         Sayid Abbas : Pasrah
·         Anggelbik (utusan gubernur Jendral Belanda) : Licik
·         Gubernur Jendral Belanda : Licik
·         Jenderal Van Dekock : Licik
7.    Amanat: Jangan pernah terlalu percaya kepada orang lain yang baru kita kenal, karena kita tidak tahu apa yang dia lakukan nanti.

Unsur Ekstrinsik:
1.    Latar belakang: Raja Ahmad harus datang ke pusat pemerintahan Belanda setelah beberapa lama sekitar 3 bulan, parah tamu betawi sakit karena deman berdarah hingga meninggal. Itu adalah cara belanda untuk melemahkan semangat penduduk Indonesia.
2.    Nilai-nilai:
·         Nilai moral: -
·         Nilai religus: -
·         Nilai sosial: -
·         Nilai budaya: Mereka disambut meriah dengan tradisi dan adat melayu.
·         Nilai ekonomi: Belanda ingin menguasai negara jadi menggunakan cara licik.
3.    Kondisi masyarkat: -
4.    Gaya bahasa: Susah untuk dimengeti, bahasanya baku.

Sinopsis
Raja Ahmad berserta kedua putranya yaitu Raja Muhammad dan Raja Ali mengikuti perlawatan ke Betawi bersama keluarga kerajaan. Mereka berangkat menuju ke pusat pemerintah Belanda. Hingga sampailah akhirnya bersandar di pantai utara bagian utara. Betapa terkejut dan herannya mereka disambut meriah dengan tradisi dan adat Melayu. Dengan penuh keheranan mereka langsung masuk ke dalam gedung penginapan yang telah disiapkan oleh Belanda.
Setelah 3 hari berlalu, datanglah seorang utusan gubernur Jendral Belanda untuk menjemput dan membawa segala perlengkapan, surat-surat dan bingkisan-bingkisan anak Melayu menuju kediaman Gubernur Jendral. Ketika tamu-tamu itu memasuki ruangan, orang-orang Belanda berdiri dan kemudian saling menghormati antara satu sama sekali, lalu tamu-tamu Melayu itu dipersilahkan duduk pada kursi-kursi yang tersedia. Sang Jenderal meminta surat yang dibawa dari Kerajaan Riau lalu membacanya. Hingga selesai upacaya penyambutan itu sebagaimana perlunya, dan diantarnya para utusan Melayu kembali ke penginapan.
Hari minggu, para tamu kembali menghadap ke gubernue Jenderal dan disambut lebih meriah. Begitu semua utusan dari Melayu memasuki halaman, langsung disambut oleh para penerjemah dan pelayan kemudian melayani semua jenis makanan dan minuman, untuk memilih mana makanan dan minuman penutup yang disuka, hanya cukup dengan menggeleng atau mengangguk saja pada setiap jenis yang ditunjuknya. Hampir satu jam perjamuan itu berlangsung, namun tak juga ada percakapan antara tamu dan tuan rumah. Hinggalah jam di dinding telah menunjuk pada angka 5 sore, lalu ditutuplah pertemuan itu tanpa ada sesuatu pun yang penting.
Pada malam hari, tamu-tamu dari Melayu diajak bersama menonton komedi, semacam sandiwara keliling yang malam itu sedang pentas di sebuah gedung pertunjukan yang sangat bagus. Tamu-tamu dari melayu telh dipersiapkan tempat duduk di bagian depan, hingga jelas semua adegan dalam pertunjukan. Apalagi ketika musik yang mengiringi sandiwara itu terdengar sangat meriah.
Pada malam yang lain, para utusan dari kerajaan Melayu diajak ke sebuah diskotik, mereka pun merasa aneh dan heran ketika encik-encik itu menari saling berpasangan dan berpelukan sangat mesranya. Tepat pada jam 01.00 pagi mereka diajak makan pada sebuah restoran dan kemudian diantar kembali ke penginapan. Hampir satu bulan lamanya tamu-tamu diajak keliling melihat kemweahan Belanda di Betawi.
Sampai kira-kita 3 bulan lamanya, para tamu itu berada di Betawi. Hingga trdngar kabar banyak orang sakit karena serag demam berdarah.
Raja Ahmad berserta 2 putranya juga terkena deman berdarah. Kemudian diizinkan untuk pulang menuju Kerajaan Melayu di Riau. Namun sebelum berangkat dan menurut dokter sakitnya sudah reda, diajaklah mereka rekreasi ke kota Bogor untuk melihat-lihat pemandangan indah. Rupanya tidak semakin semuh, tapi justru kambur lagi sakit yang diderita oleh keluarga raja Melayu. Sekretaris Jenderal Belanda langsung menyewa kapal yang cepat lajunya untuk membawa mereka ke tempat asalnya. Namun apa daya, takdir Tuhan tak bisa dipalingkan dari kuasa manusia, maka wafatlah saudara kandung Raja Ali yang bernama Raja Muhammad. Sementara itu para utusan lain juga menyusul di hari berikutnya dengan menumpang dolfin menuju ke karajaan Melayu di Riau dan Lingga. Sedangkan Baginda Abdurrahman, sebagai pempinan utusan, masih tetap tinggal di Betawi untuk menyelesaikan urusan kerajaan sampai berbulan-bulan lamanya, bahkan tanpa berita yang mengabarkan pada saat kapan bagianda akan dipulangkan ke kaerajaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar